A.
Pendahuluan
Dalam
pendidikan, asesmen seharusnya didasarkan pada pengetahuan kita tentang belajar
dan tentang bagaimana kompetensi berkembang dalam materi pelajaran yang kita
ajarkan. Hal ini merupakan kebutuhan yang sangat jelas untuk membuat suatu
asesmen dimana pendidik dapat mempergunakannya untuk meningkatkan kegiatan
pendidikan dan mengawasi hasil belajar dan mengajar yang kompleks.
Dari
beberapa penelitian ditemukan bahwa para guru mengajar untuk memberikan
keterampilan pada siswa untuk belajar dan mempraktekkan bagaimana
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya untuk tujuan yang nyata dan
jelas. Penilaian kinerja yang berkisar dari jawaban yang relative pendek sampai
pada proyek jangka panjang yang meminta para siswa untuk memperagakan hasil kerjanya,
dan hal ini membutuhkan peran serta pemikiran tingkat tinggi siswa untuk
menyatukan beberapa keterampilan yang berbeda-beda.
Dalam
suatu sistem penilaian yang lengkap, bagaimana-pun semestinya terdapat
keseimbangan antara penilaian kinerja yang lebih pendek dan juga lebih panjang.
Asesmen dapat digunakan untuk melihat keberhasilan KBM yang dilakukan sebagai
acuan dalam membuat kegiatan/program baru dalam rangka mengembangkan
keterampilan dan pengetahuan para siswa dan juga para guru, juga sebagai bahan
petimbangan dalam membuat suatu kebijakan-kebijakan. Penilaian hasil belajar
yang dilakukan oleh pendidik dan satuan pendidikan merupakan penilaian internal
(internal assessment), sedangkan
penilaian yang diselenggarakan oleh pemerintah merupakan penilaian eksternal (external
assessment).
Penilaian
kelas merupakan penilaian internal yang dilaksanakan oleh pendidik dalam hal
ini guru di kelas atas nama satuan pendidikan untuk menilai kompetensi peserta
didik pada saat dan akhir pembelajaran. Sistem penilaian hasil belajar yang
diterapkan dalam kurikulum sekolah adalah sistem penilaian otentik atau lebih
dikenal dengan nama asesmen otentik. Penilaian otentik ini harus dipahami secara mendalam oleh guru-guru
mengingat bahwa setiap pengukuran kompetensi peserta didik tidak cukup hanya
dengan tes objektif saja, karena tes tersebut tidak dapat menunjukkan seluruh
kompetensi yang dikuasai siswa. Penilaian otentik merupakan penilaian yang
secara langsung bermakna, dalam arti bahwa apa yang dinilai adalah merupakan
sesuatu yang benar-benar diperlukan siswa dalam kehidupan nyata sehari-hari.
B.
Pengertian Asesmen Otentik
Asesmen otentik adalah
suatu proses evaluasi yang melibatkan berbagai bentuk pengukuran terhadap kinerja yang
mencerminkan pembelajaran siswa, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap pada
aktifitas yang relevan dalam
pembelajaran (American Librabry Association, Dalam
Syofiana, 2010). Senada dengan pendapat tersebut, O’malley dan Pierce (Dalam
Anonim, tt) mengatakan bahwa asesmen otentik adalah bentuk penilaian yang
menunjukkan pembelajaran siswa yang berupa pencapaian, motivasi, dan sikap yang
relevan dalam aktivitas kelas. Sedangkan menurut Newton Public Schools (Dalam
Syofiana, 2010) Asesmen otentik merupakan
penilaian terhadap produk-produk dan kinerja yang berhubungan dengan
pengalaman-pengalaman kehidupan nyata peserta didik. Berdasarkan beberapa
pengertian tentang asesmen otentik yang telah dikemukkan oleh para ahli di atas
dapat disimpulkan bahwa asesmen otentik merupakan suatu proses evaluasi yang
melibatkan berbagai bentuk pengukuran yang berupa produk-produk dan kinerja
yang mencerminkan pembelajaran siswa, pencapaian, prestasi, motivasi, dan
sikap-sikap peserta didik pada aktifitas yang relevan dalam pembelajaran di kelas.
Asesmen otentik memberikan siswa seperangkat tugas yang mencerminkan prioritas dan
tantangan yang ditemukan dalam aktifitas-aktifitas pengajaran: melakukan
penelitian; menulis, merevisi dan membahas artikel; memberikan analisa oral
terhadap peristiwa politik terbaru; berkolaborasi dengan siswa lain melalui debat,
dan sebagainya. Melalui asesmen otentik, siswa lebih terlibat dalam tugas
dan guru dapat lebih yakin bahwa asesmen yang diberikannya itu bermakna dan
relevan (Wiggins, Dalam Syofiana, 2010).
Asesmen
otentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik,
karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana
belajar tentang subjek. Asesmen otentik harus mampu menggambarkan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta
didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah
atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu,
guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk
materi apa pula kegiatan remidial harus dilakukan. Maka dari itu asesmen otentik harus menjadi bagian integral dari
pengajaran, sehingga dengan demikian penilaian tidak digunakan hanya sebagai
suatu alat untuk mengumpulkan data sebagaimana dalam paradigm lama, tetapi juga
untuk mempengaruhi pengajaran. Ini memerlukan penerapan dan pengembangan fungsi
penilaian yang mengukur produktivitas siswa, pencapaian mereka dalam
pembelajaran kemampuan berpikir matematis dalam mendapat suatu hasil yang
berarti bagi siswa tersebut. Penilaian autentik mempunyai karakter pokok
yang sama dengan pengajaran, yang berguna bagi para guru untuk
meningkatkan pengajaran. Dalam penilaian autentik diharapkan para siswa
dapat merumuskan permasalahan, memikirkan solusi, dan menginterpretasikan
hasil.
C.
Sifat-sifat dan Manfaat Asesmen Otentik
Asesmen
otentik merupkan suatu proses evaluasi yang melibatkan berbagai bentuk
pengukuran yang berupa produk-produk dan kinerja yang mencerminkan pembelajaran
siswa, pencapaian, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada
aktifitas yang relevan dalam
pembelajaran di kelas. Oleh karena itu asesmen otentik
dianggap mampu untuk lebih mengukur secara keseluruhan hasil belajar dari siswa
karena penilaian ini menilai kemajuan belajar bukan melulu hasil tetapi juga
proses dan dengan berbagai cara. Dengan kata lain sistem penilaian seperti ini
dianggap lebih adil untuk siswa sebagai pembelajar, karena Rizfadli, 2009).
Gulikers, Bastiaens & Kirschner (Dalam Rizfsdli, 2009) menjelaskan bahwa
authentic assesment menuntut siswa untuk menggunakan kompetensi yang sama atau
mengkombinasikan pengetahuan, kemampuan, dan sikap yang dapat mereka
aplikasikan pada kriteria situasi dalam kehidupan professional.
Berdasarkan
pemaparan di atas asesmen otentik
mengharuskan pembelajaran berpusat pada siswa sebab pelaku belajar adalah
siswa. Asesmen otentik memiliki beberapa sifat dan manfaat
bagi pesrta didik. Adapun sifat-sifat yang dimiliki oleh asesmen otentik adalah
sebagai berikut.
a) Berbasis
kompetensi yaitu penilaian yang mampu memantau kompetensi siswa
b)
Individual, dapat secara langsung mengukur
kemampuan individu
c)
Berpusat pada siswa, karena direncanakan, dilakukan
dan dinilai oleh siswa sendiri, mengungkapkan seoptimal mungkin kelebihan
individu dan juga kekurangannya
d)
Tak terstruktur dan open-ended, penyelesaian
tugas-tugas otentik tidak bersifat uniformed dan klasikal. Juga kinerja yang
dihasilkan tidak harus sama antar individu di suatu kelompok atau kelas.
e)
Terintegrasi dengan proses pembelajaran, sehingga
siswa tidak selalu dalam situasi tes yang menegangkan
f) Berkelanjutan,
oleh karena itu penilaian harus secara langsung dilaksanakan pada saat proses
pembelajaran.
Berikut ini adalah
manfaat asesmen otentik bagi para peserta didik. Dalam hal ini manfaat asesmen
otentik bagi peserta didik adalah sebagai berikut.
a) Menunjukkan secara lengkap seberapa baik pemahaman terhadap materi
akademik
b) Menunjukkan dan memperkuat kompetensi-kompetensi seperti pengumpulan
informasi, pemanfaatan sumber penanganan teknologi dan pemikaran sistematik
c) Menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman mereka, dunia mereka
maupun masyarakat yang lebih luas
d) Meningkatkan keterampilan berfikir tinggi seperti analisis, sintesis,
identifikasi permasalahan, menemukan solusi, serta mengikuti hubungan
sebab-akibat
e) Menerima tanggung jawab dan membuat pilihan-pilihan.
f) Menghubungkan mereka dengan orang lain, termasuk berkolaborasi dalam
tugas
g) Belajar mengevaluasi tingkat kinerja mereka sendiri.
D.
Jenis-jenis Asesmen Otentik
a)
Asesmen Kinerja
Asesmen kinerja adalah suatu
prosedur yang menggunakan berbagai bentuk tugas-tugas untuk memperoleh
informasi tentang apa dan sejauhmana yang telah dilakukan dalam suatu program (Dantes, 2008). Pemantauan didasarkan
pada kinerja (performance) yang
ditunjukkan dalam menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan yang diberikan.
Hasil yang diperoleh merupakan suatu hasil dari unjuk kerja tersebut.
Asesmen kinerja adalah
penelusuran produk dalam proses. Artinya, hasil-hasil kerja yang ditunjukkan
dalam proses pelaksanaan program itu digunakan sebagai basis untuk dilakukan
suatu pemantauan mengenai perkembangan dari satu pencapaian program tersebut.
Terdapat
tiga komponen utama dalam asesmen kinerja, yaitu tugas kinerja (performance task), rubrik performansi (performance rubrics), dan cara penilaian
(scoring guide). Tugas kinerja adalah
suatu tugas yang berisi topik, standar tugas, deskripsi tugas, dan kondisi
penyelesaian tugas. Rubrik performansi merupakan suatu rubrik yang berisi
komponen-komponen suatu performansi ideal, dan deskriptor dari setiap komponen
tersebut. Cara penilaian kinerja ada tiga, yaitu (1) holistic scoring,
yaitu pemberian skor berdasarkan impresi penilai secara umum terhadap kualitas
performansi; (2) analytic scoring, yaitu pemberian skor terhadap aspek-aspek
yang berkontribusi terhadap suatu performansi; dan (3) primary traits
scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan beberapa unsur dominan dari suatu
performansi.
b)
Esai
(Tes) esai menghendaki peserta didik untuk
mengorganisasikan, merumuskan, dan mengemukakan sendiri jawabannya. Ini berarti
peserta didik tidak memilih jawaban, akan tetapi memberikan jawaban dengan
kata-katanya sendiri secara bebas.
Tes esai dapat digolongkan menjadi dua bentuk, yaitu tes
esai jawaban terbuka (extended-response) dan jawaban terbatas (restricted-response)
dan hal ini tergantung pada kebebasan yang diberikan kepada peserta didik untuk
mengorganisasikan atau menyusun ide-idenya dan menuliskan jawabannya. Pada tes
esai bentuk jawaban terbuka atau jawaban luas, peserta didik mendemonstrasikan
kecakapannya untuk: (1) menyebutkan pengetahuan faktual, (2) menilai
pengetahuan faktualnya, (3) menyusun ide-idenya, dan (4) mengemukakan idenya
secara logis dan koheren. Sedangkan pada tes esai jawaban terbatas atau
terstruktur, peserta didik lebih dibatasi pada bentuk dan ruang lingkup
jawabannya, karena secara khusus dinyatakan konteks jawaban yang harus
diberikan oleh peserta didik. Esai terbuka/tak terstruktur merupakan bentuk
asesmen otentik.
Tes esai memiliki potensi untuk mengukur hasil belajar
pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks. Butir tes esai memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk menyusun, menganalisis, dan
mensintesiskan ide-ide, dan peserta didik harus mengembangkan sendiri buah
pikirannya serta menuliskannya dalam bentuk yang tersusun atau terorganisasi. Kelemahan
esai adalah berkaitan dengan penskoran. Ketidakkonsistenan pembaca merupakan
penyebab kurang objektifnya dalam memberikan skor dan terbatasnya reliabilitas
tes.
c)
Asesmen Portofolio
Portofolio adalah sekumpulan artefak (bukti
karya/kegiatan/data) sebagai bukti (evidence)
yang menunjukkan perkembangan dan pencapaian suatu program. Penggunaan
portofolio dalam kegiatan evaluasi sebenarnya sudah lama dilakukan, terutama
dalam pendidikan bahasa (Dantes, 2008). Belakangan ini, dengan adanya orientasi
kurikulum yang berbasis kompetensi, asesmen portofolio menjadi primadona dalam
asesmen berbasis kelas.
Perlu dipahami bahwa sebuah portofolio (biasanya ditaruh
dalam folder) bukan semata-mata kumpulan bukti yang tidak bermakna. Portofolio
harus disusun berdasarkan tujuannya. Wyatt dan Looper (Dalam Dantes, 2008)
menyebutkan, berdasarkan tujuannya sebuah portofolio dapat berupa developmental portfolio, bestwork portfolio, dan showcase portfolio. Developmental portfolio disusun demikian rupa sesuai dengan
langkah-langkah kronologis perkembangan yang terjadi. Oleh karena itu,
pencatatan mengenai kapan suatu artefak dihasilkan menjadi sangat penting,
sehingga perkembangan program tersebut dapat dilihat dengan jelas. Bestwork portfolio adalah portofolio
karya terbaik. Karya terbaik diseleksi sendiri oleh pemilik portofolio dan
diberikan alasannya. Karya terbaik dapat lebih dari satu. Showcase portfolio adalah portofolio yang lebih digunakan untuk
tujuan pajangan, sebagai hasil dari suatu kinerja tertentu.
Bagaimanakah asesmen portofolio
membantu memantau pencapaian target kompetensi? Asesmen portofolio adalah suatu
pendekatan asesmen yang komprehensif karena: (1) dapat mencakup ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor secara bersama-sama, (2) berorientasi baik pada proses
maupun produk belajar, dan (3) dapat memfasilitasi kepentingan dan kemajuan
peserta didik secara individual.
Asesmen portofolio mengandung tiga elemen pokok yaitu:
(1) sampel karya peserta didik, (2) evaluasi diri, dan (3) kriteria penilaian
yang jelas dan terbuka.
d)
Asesmen Proyek
Asesmen
proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas
yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu.
Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta
didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan,
analisis, dan penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan
dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain.
Selama
mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh kesempatan
untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Karena itu, pada
setiap penilaian proyek, setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian
khusus dari guru.
·
Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan
data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh,
dan menulis laporan.
·
Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
·
Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau
dihasilkan oleh peserta didik.
Penilaian
proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, danproduk proyek. Dalam kaitan
ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi penyusunan
rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan
penyiapkan laporan. Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen daftar cek,
skala penilaian, atau narasi. Laporan penilaian dapat dituangkan dalam bentuk
poster atau tertulis.
Produk akhir
dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus. Penilaian produk
dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil akhir
secara holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud meliputi
penilaian atas kemampuan peserta didik menghasilkan produk, seperti makanan,
pakaian, hasil karya seni (gambar, lukisan, patung, dan lain-lain),
barang-barang terbuat dari kayu, kertas, kulit, keramik, karet, plastik, dan
karya logam.Penilaian secara analitik merujuk pada semua kriteria yang
harus dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu. Penilaian secara holistik
merujuk pada apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas produk yang dihasilkan.
e)
Evaluasi Diri
Evaluasi diri adalah suatu cara
untuk melihat kedalam diri sendiri. Melalui evaluasi diri peserta didik dapat
melihat kelebihan maupun kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini
menjadi tujuan perbaikan (improvement goal). Dengan demikian, peserta
didik lebih bertanggungjawab terhadap proses dan pencapaian tujuan belajarnya (Rolheiser dan Ross, Dalam Dantes, 2008).
Rolheiser dan Ross (Dalam Dantes, 2008) mengajukan suatu
model teoretik untuk menunjukkan kontribusi evaluasi diri terhadap pencapaian
tujuan. Model tersebut menekankan bahwa, ketika mengevaluasi sendiri
performansinya, peserta didik terdorong untuk menetapkan tujuan yang lebih
tinggi (goals). Untuk itu, peserta
didik harus melakukan usaha yang lebih keras (effort). Kombinasi dari goals
dan effort ini menentukan prestasi (achievement); selanjutnya prestasi ini
berakibat pada penilaian terhadap diri (self-judgment)
melalui kontemplasi seperti pertanyaan, ‘Apakah tujuanku telah tercapai’?
Akibatnya timbul reaksi (self-reaction)
seperti ‘Apa yang aku rasakan dari prestasi ini?’
Evaluasi diri adalah suatu unsur metakognisi yang sangat
berperan dalam proses belajar. Oleh karena itu, agar evaluasi dapat berjalan
dengan efektif, ada empat langkah dalam berlatih melakukan evaluasi diri, yaitu:
(1) libatkan semua komponen dalam menentukan kriteria penilaian, (2) pastikan
semua peserta didik tahu bagaimana caranya menggunakan kriteria tersebut untuk
menilai kinerjanya, (3) berikan umpan balik pada mereka berdasarkan hasil
evaluasi dirinya, dan (4) arahkan mereka untuk mengembangkan sendiri tujuan dan
rencana kerja berikutnya.
Untuk langkah pertama, yaitu menentukan kriteria
penilaian. Guru mengajak peserta didik bersama-sama menetapkan kriteria
penilaian. Pertemuan dalam bentuk sosialisasi tujuan pembelajaran dan curah
pendapat sangat tepat dilakukan. Kriteria ini dilengkapi dengan bagaimana cara
mencapainya. Dengan kata lain, kriteria penilaian adalah produknya, sedangkan
proses mencapai kriteria tersebut dipantau dengan menggunakan ceklis evaluasi
diri. Cara mengembangkan kriteria penilaian sama dengan mengembangkan rubrik
penilaian dalam asesmen kinerja. Ceklis evaluasi diri dikembangkan berdasarkan
hakikat tujuan tersebut dan bagaimana mencapainya.
E.
Penutup
Penilaian
kelas merupakan penilaian internal yang dilaksanakan oleh pendidik dalam hal
ini guru di kelas atas nama satuan pendidikan untuk menilai kompetensi peserta
didik pada saat dan akhir pembelajaran. Sistem penilaian hasil belajar yang
diterapkan dalam kurikulum sekolah adalah sistem penilaian otentik atau lebih
dikenal dengan nama asesmen otentik. Asesmen
otentik merupakan suatu proses evaluasi yang melibatkan berbagai bentuk
pengukuran yaang berupa produk-produk dan kinerja yang mencerminkan
pembelajaran siswa, pencapaian, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta
didik pada aktifitas yang relevan dalam pembelajaran di kelas. Asesmen otentik memiliki
beberapa sifat dan manfaat bagi peserta didik dalam implementasinya di kelas.
Adapun jenis-jenis dari asesmen otentik, yakni asesmen kinerja, esai, asesmen
portofolio, asesmen proyek, dan evaluasi diri.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. tt. Penilaian
Otentik | Kajian Sosiolinguistik: Kajian Teoretis dan Praktis. Tersedia
pada: http://wordpress.com/evaluasi-pembelajaran-bahasa/penilaian-otentik/.
diakses pada
tanggal 24 Oktoberber 2013
Dantes, Nyoman. 2008. Hakikat
Asesmen Otentik Sebagai Penilaian Proses Dan Produk Dalam Pembelajaran Yang
Berbasis Kompetensi. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha
Rizfadli.
2009. Asesmen Otentik. Tersedia pada:
http://rizfadli.blogspot.com/2009/12/asesmen-otentik.html.
diakses pada tanggal 24 Oktoberber 2013
Syofiana. Mardiah. 2010. Autentik Asesmen. Tersedia pada: http://sofya6.blogspot.com/2010/11/autentik-asesmen.html.
diakses pada
tanggal 24 Oktoberber 2013
0 komentar:
Posting Komentar